Wajib militer pada penjajahan jepang

Wajib militer pada penjajahan jepang - Seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus membantu memenangkan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Oleh karena itu, pemerintah pendudukan Jepang juga mempersiapkan para pemuda-pemudi Indonesia untuk berperang melawan Sekutu dengan berbagai latihan semimiliter. Bentuk-bentuk latihan semimiliter antara lain sebagai berikut.
  1. Barisan Pemuda (Seinendan)
Suatu korps pemuda yang bersifat semimiliter dibentuk pada tanggal 9 Maret 1943. Anggotanya terdiri atas pemuda Indonesia yang berusia 14 sampai dengan 22 tahun. Mereka diberi latihan militer agar mampu mempertahankan Tanah Airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, sebenarnya latihan militer itu disiapkan untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu.
  1. Barisan Pembantu Polisi (Keibodan)
Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Keibodan adalah suatu korps kewaspadaan yang dibentuk Jepang sebagai organisasi polisi, kebakaran, dan serangan udara pembantu. Anggota Keibodan terdiri atas pemuda Indonesia berumur 22 sampai dengan 25 tahun. Keibodan yang beradadi Sumetera disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokokudan. Organisasi Keibodan langsung dibawah perintah polisi Jepang untuk membantu tugas-tugasnya di Indonesia.
  1. Barisan Wanita (Fujinkai)
Pengerahan tenaga untuk berperang tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki, tetapi berlaku juga untuk kaum wanita Indonesia.
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggota Fujinkai terdidri atas para wanita Indonesia yang berusia 15 tahun keatas. Tujuan pembentukan Fujinkai juga membantu Jepang berperang melawan Sekutu.
Bentuk latihan militer penuh diperoleh pemuda Indonesia dari organisasi berikut ini.
  1. Pembantu Prajurit Jepang (Heiho)
Memasuki tahun 1944 pasukan Jepang megalami kemunduran disetiap medan pertempuran. Untuk mempertahankan diri dan mengganti pasukannya yang tewas dan luka-luka, Jepang memerlukan prajurit pembantu di Indonesia yang disebut Heiho
Heiho dibentuk pada bulan April 1944. Anggota Heiho terdiri atas para pemuda Indonesia yang berusia 18 sampai dengan 25 tahun. Heiho langsung bergabung pada Angkatan Darat dan Amgkatan Laut Jepang. Walaupun statusnya ebagai pembantu tentara, mereka diberi latihan militer yang sebenar-benarnya. Heiho langsung berhadapan dengan pasukan Sekutu di berbagai medan pertempuran, seperti di Kepulauan Solomon, Kepulauan Irian atau Papua, dan Burma (Myanmar).
  1. Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta) atau Kyodo
Bovi Giyugun
Pada tanggal 3 Oktober 1944 Panglima Tentara Ke-16 Jepang mengeluarkan Osumu Seirei Nomor 44 tentang Pembentukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta) atau dalam bahasa Jepang disebut Kyodo Bovi Giyugun . Ada yang menyatakan bahwa pembentukan tentara Peta atas usulan R. Gatot Mangkupraja kepada pemerintah Jepang.
Tentara Peta mempunyai tugas mempertahankan wilayah Indonesia. Para pemimpin militer Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan militer Peta, antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Ahmad Yani, dan Jenderal Suharto (mantan Presiden RI ke-2)
Tempat latihan untuk calon perwira Peta ditetapkan di Bogor. Tempat latihan itu disebut Jawa Boei Giyugun Kanbu Rensetai (Korps Latihan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air). Setelah lulus dari sekolah calon perwira, mereka ditempatkan sebagai daidanco (komando batalion), cudanco (komandan kompi), dan syodanco (komandan peleton)
Sekali lagi, perlu kalian ingat bahwa organisasi yang dibentuk Jepang, semata-mata untuk kepentingan Jepang. Pada intinya, Jepang membentuk organisasi tersebut untuk membantu memenangkan perang melawan Sekutu dalam Perang Dunia II. Akan tetapi, yang terjadi justru tidak seperti keinginan Jepang. Banyak pemimpin Indonesia yang berhasil memanfaatkan organisasi bentukan Jepang untuk membina dan menggembleng semangat kebangsaan para pemuda Indonesia dalam mencapai Indonesia merdeka. Dengan demikian, organisasi bentukan Jepang banyak sekali manfaatnya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar